REPUBLIKA.CO.ID,
Indra Karya:
JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konsultan konstruksi, PT Indra Karya (Persero) terlibat dalam proses penyelesaian dua bendungan kering pertama di Indonesia. Kedua bendungan tersebut yaitu Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Direktur Utama Indra Karya, Gok Ari Joso Simamora mengatakan proyek ini berhasil berkat kolaborasi BUMN yang konsisten dan peran aktif kapasitas masing-masing pihak. "Kolaborasi ini melibatkan kontraktor dan konsultan BUMN yakni PT Brantas Abipraya (Persero) sebagai Kontraktor dan PT Indra Karya (Persero) sebagai Konsultan Supervisi yang bertugas menjaga kualitas dari pelaksanaan pekerjaan melalui pengawasan di lapangan," ujar Ari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/12).
Ari mengatakan Indra Karya sebagai konsultan supervisi melaksanakan perannya sebagai pengawas di lapangan pada proyek yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (23/12). Sebelum diresmikan, lanjut Ari, Indra Karya melalui Divisi Engineering II telah melakukan persiapan teknis intensif seperti evaluasi pelaksanaan konstruksi dan laporan pedoman OP.
Ari berharap kehadiran Bendungan Ciawi dan Sukamahi sebagai bendungan kering pertama di Indonesia ini dapat menjadi solusi dari permasalahan bencana banjir yang kerap kali melanda Jakarta. Hal ini merupakan wujud komitmen Indra Karya untuk berkontribusi dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur nasional khususnya di bidang sumber daya air sesuai dengan nawacita pemerintah.
Vice President Operation and Business Development Division Indra Karya Gagah Guntur Aribowo menyampaikan dalam pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi, Indra Karya memiliki peran sebagai konsultan konstruksi dalam pekerjaan Supervisi Pembangunan Bendungan Ciawi tahap 1 dan tahap 2, Detail Desain Bendungan Ciawi dan Sukamahi, Detail Engineering Design (DED) Bangunan Pengendali Sedimen Bendungan Ciawi serta Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (lanjutan). Gagah menjelaskan desain Bendungan Ciawi dan Sukamahi dirancang dengan tipe bendungan kering.
Gagah menyebut bendungan kering sengaja dibiarkan tidak terisi air hingga turunnya hujan. Oleh karena itu, fungsinya tidak akan sebagai sarana irigasi maupun penyedia kebutuhan air, melainkan sebagai pengontrol debit air saat hujan tiba.
"Ketika hujan turun, bendungan Ciawi dan Sukamahi hanya akan menampung air sementara yang kemudian dialirkan ke Sungai Ciliwung. Aliran air yang dikeluarkan bendungan kering ini dibuat sekecil mungkin, sehingga debit air yang ada di sungai pun dapat terkontrol," ucap Gagah.
Gagah menyampaikan bendungan Ciawi dan Sukamahi merupakan bendungan kering (dry dam) pertama di Indonesia yang akhirnya diresmikan setelah awal pekerjaannya pada 2017 lalu dan diproyeksikan jadi pengendali banjir di DKI Jakarta dengan mereduksi debit air Sungai Ciliwung pada saat musim penghujan tiba.
Berdasarkan data yang didapati, lanjut Gagah, bendungan Sukamahi memiliki kemampuan mereduksi air 15,47 meter kubik per detik. Sedangkan bendungan Ciawi miliki luas genangan hingga 39,40 hektare dan mampu menampung volume air hingga 6,05 juta meter kubik, dan dapat mereduksi air Sungai Ciliwung sebelum sampai ke Jakarta dengan kapasitas 111,75 meter kubik per detik.
Dalam pengoperasiannya, Gagah menyampaikan, bendungan kering Ciawi dan Sukamahi akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) dengan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG, yang isinya menampilkan forecast (prakiraan) cuaca, laporan kejadian dan prakiraan banjir/kekeringan.
"Dengan adanya data-data tersebut, debit air yang dikeluarkan bendungan kering dapat menyesuaikan kondisi banjir atau kekeringan yang terjadi di lapangan," kata Gagah.
Baca juga : Wilayah DKI Jakarta Berpotensi Hujan Sejak Pagi